Senjata Itu Bernama Istiqomah*

Oleh Yopi Nurdiansyah Z**

Rasanya tidak ada hal yang paling diidamkan oleh seorang muslim dalam kehidupan di dunia ini selain istiqomah. Istiqomah merupakan suatu proses perjuangan seseorang untuk senantisa berjalan diatas jalan yang diridhoi oleh Allah SWT. Dalam kehidupan yang penuh dengan polemik dan masalah ini, pasti setiap orang pernah merasakan kejanggalan dan hambatan ketika mengerjakan segala hal yang diperintahkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu seorang muslim memerlukan satu senjata yang ampuh sebagai bekal hidupnya dalam menghadapi hambatan tersebut, dan senjata itu adalah 'Istiqomah'.

Allah SWT berfirman: "Beristiqomahlah sebagaimana engkau diperintahkan" (Hud: 112). Pada ayat lain: "Sesungguhnya orang-orang yang berkata Tuhan kami adalah Allah kemudian mereka beristiqomah maka mereka tidak akan takut dan bersedih. Merekalah calon penghuni surga yang kekal di dalamnya sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan" (Al-ahqaf, 113-114)

Dari ayat di atas disebutkan bahwa istiqomah itu memang diperintahkan karena sangat diperlukan dalam kehidupan. Kemudian Allah menegasakan bahwa orang-orang yang istiqomah akan diberikan balasan yang tiada tara yaitu surga yang kekal, di dalamnya terdapat kenikmatan tiada terputus. Sehingga pantaslah mengapa banyak diantara para sahabat yang dijanjikan syurga oleh Allah SWT. Ya, karena mereka adalah orang-orang yang beristiqomah dalam keta'atan dan keimanan kepada Yang Maha Rahman.

Suatu hari Rosulullah saw ditanya oleh salah seorang sahabatnya yang bernama Abu 'Amr Sufyan bin Abdillah. Ia berkata: "Ya Rosulallah, katakanlah kepadaku suatu perkataan yang aku tidak akan bertanya tentang perkataan itu selain kepada engkau". Rosulullah berkata: katakanalah: "Aku beriman kepada Allah kemudian beristiqomahlah" . (HR. Muslim)

Bertolak dari hadits ini dapat kita ambil suatu hikmah, yaitu berupa pelajaran berharga yang dicontohkan oleh salah seorang sahabat Rosul. Pertama, sikap tawadhu dan percaya diri. Bagaimana sahabat Sufyan bin Abdillah ini tidak malu untuk bertanya kepada Rosulullah tentang hal yang sangat penting dalam hidupnya dan percaya diri untuk bertanya karena dengan bertanya tidak akan membuatnya hina dan dianggap bodoh. Karena biasanya orang sombong itu tidak mau dan gengsi untuk bertanya, ia merasa paling tahu dan ingin selalu menjadi orang paling tahu dengan tujuan hanya ingin dikenal bahwa ia orang pandai. Namun para sahabat jauh dari sifat angkuh seperti itu, karena mereka melaksanakan apa yang Allah printahkan dalam Al-quran "Bertanyalah kepada ahli ilmu jika kamu tidak mengetahui".

Kedua, bertanya kepada orang yang tepat dan kapabel tentang masalah tertentu. Bertanya kepada orang yang memang paling mengetahui tentang masalah yang akan ia tanyakan. Karena jika sesuatu disandarkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancuran. Tidak menjadi orang yang sok tahu ketika ditanya.

Selain itu kita bisa mengambil teladan Rosulullah yang mulia dalam hadits ini yaitu Rosul menjawab dengan singkat namun penuh makna, dan menjawab sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh si penanya. Tidak dijawab dengan panjang lebar namun langsung kepada inti permasalahan yang ditanyakan.

Ini adalah suatu sikap yang bijaksana dan tidak semua orang dapat melakukannya. Tidaklah muncul kecuali dari orang-orang pilihan Allah yang telah dipilih untuk menjadi teladan dan petunjuk bagi manusia dan alam semesta. Rosulullah adalah manusia yang telah ditetapkan dalam Al Quran untuk menjadi teladan, ikutan, panutan dan superstars yang jika kita berusaha untuk mengikutinya maka jaminannya adalah kebahagian yang besar dan agung, yaitu ketenangan menjalani hidup di dunia dan kelezatan tiada tara di akhirat sana.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis mengajak kepada pembaca budiman agar senantiasa berusaha untuk beristiqomah dalam ibadah dan tha'ah. Perubahan yang dilakukan adalah suatu keniscayaan untuk menuju perbaikan yang bermanfaat pada masa depan. Masa yang dinantikan oleh orang-orang tercinta disekitar kita, ketika kita memimpim umat berlandaskan keimanan dan keistiqomahan.[]


* Diambil dari mailist Al Amin Cairo
** Mahasiswa al-Azhar program S1 Tafsir wa 'Ulum Al Quran tingkat akhir

Comments :

0 comments to “Senjata Itu Bernama Istiqomah*”